Suhendra - detikFinance
Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengatakan Indonesia sangat berpeluang menjadi produsen ikan budidaya terbesar, yang sayangnya saat ini belum optimal dikembangkan. Ia optimis pada tahun 2015 Indonesia menargetkan menjadi produsen ikan terbesar dunia.
"Kita bisa menjadi produsen ikan terbesar di dunia, Peru pun dan Chili bisa kalah," katanya dalam acara seminar nasional ekonomi regional, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (10/12/2009).
Sebagai menteri yang baru menjabat di Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), ia mengubah semua visi di departemen yang ia pimpin, yang sebelumnya bermacam-macam, hanya menjadi produsen ikan terbesar di dunia pada tahun 2015.
Ia mengatakan untuk mewujudkan itu paling tidak Indonesia harus fokus pada
pembudidayaan ikan-ikan unggulan Indonesia seperti ikan nila, bandeng, lele, krapu termasuk rumput laut yang akan dinaikan 300% produksinya. "Gampang sekali itu," katanya.
Untuk mendorong itu, perlu adanya unit-unit usaha perikanan yang harus didukung oleh perbankan untuk mengembangkan pembibitan ikan, pakan ternak, lembaga riset dan lain-lain.
Selama ini kata dia, salah satu masalah perikanan budidaya di Indonesia terganjal oleh pakan ternak yang masih banyak diimpor dari luar negeri sehingga dari harga jual ikan, 60% merupakan biaya pakan ternak.
"Akibatnya ikan mahal karena pakan dimonopoli 3 perusahaan, yang mana harga pakan 60% dari harga ikan," katanya.
Menghadapi hal ini ia telah melakukan penjajakan pengembangan bongkil kelapa sawit melalui IPB Bogor dalam mengembangkan pakan ikan alternatif. Sehingga harga pakan ikan yang selama ini Rp 200.000 per kg berhasil ditekan menjadi Rp 2.000 per kg.
Ia juga telah meminta kepada Bank Indonesia agar sektor perbankan untuk lebih memperhatikan sektor perikanan dalam membantu kredit perikanan. (hen/dnl)
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!
Untuk mendorong itu, perlu adanya unit-unit usaha perikanan yang harus didukung oleh perbankan untuk mengembangkan pembibitan ikan, pakan ternak, lembaga riset dan lain-lain.
Selama ini kata dia, salah satu masalah perikanan budidaya di Indonesia terganjal oleh pakan ternak yang masih banyak diimpor dari luar negeri sehingga dari harga jual ikan, 60% merupakan biaya pakan ternak.
"Akibatnya ikan mahal karena pakan dimonopoli 3 perusahaan, yang mana harga pakan 60% dari harga ikan," katanya.
Menghadapi hal ini ia telah melakukan penjajakan pengembangan bongkil kelapa sawit melalui IPB Bogor dalam mengembangkan pakan ikan alternatif. Sehingga harga pakan ikan yang selama ini Rp 200.000 per kg berhasil ditekan menjadi Rp 2.000 per kg.
Ia juga telah meminta kepada Bank Indonesia agar sektor perbankan untuk lebih memperhatikan sektor perikanan dalam membantu kredit perikanan. (hen/dnl)
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar