POTRET BATANG

Minggu, 31 Oktober 2010

BERSAMA MEMBANGUN DAERAH BATANG

Sesuai dengan namanya" BATANG BERKEMBANG (Bersih, Kencar-kencar, Eyub, Menuju Bebrayan, Aman dan Tenang) ", setidaknya memberikan spririt kepada kita untuk senantiasa berkembang dari waktu ke waktu tanpa henti. Tentu saja berkembang dalam hal positif yang berguna bagi pembangunan di Kabupaten Batang.
Kabupaten Batang yang bercirikan daerah agraris dan ditopang dengan potensi daerah yang sangat mendukung
(hutan jati dan perkebunan-perkebunan rakyat dan pemerintah) sangat memungkinkan untuk berkembang pesat pembangunannya asal didukung dengan sumber daya manusia yang handal. Baik masyarakatnya, dewan legislatifnya, sampai pada pejabat birokrasinya dari pegawai biasa sampai kepada pimpinan daerahnya. Yang jelas cepat tidaknya pembangunan di kabupaten Batang tergantung kepada sistem pemerintahan yang kredibel dan kerja keras masyarakat di dalam memenuhi kebutuhannya melalui mata pencahariannya masing-masing.
Untuk mengupas masalah pembangunan di kabupaten Batang, saya rasa banyak hal yang perlu dibicarakan. Oleh karena itu, melalui blogger ini saya bermaksud berdiskusi dengan anda untuk bersama-sama memberikan kontribusi positif bagi pembangunan di daerah kita tercinta ini.

Selasa, 03 Agustus 2010

Pembangunan TK , Wujud kepedulian warga mencetak generasi baru Bangsa

Sariglagah : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi peningkatan mutu SDM suatu masyarakat. Untuk memperlancar kegiatan pendidikan tersebut diperlukan dukungan dari semua pihak masyarakat baik secara fisik, moril maupun spiritual. Masyarakat desa Sariglagah, sebuah desa di kecamatan Warungasem, memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan untuk meningkatkan mutu SDM generasi muda. Hal ini terbukti,
walaupun dukungan secara fisik belum ada tapi masyarakat tetap melaksanakan pendidikan anak usia dini yang setiap kegiatan belajarnya masih menumpang di balai desa sariglagah. Desa sariglagah merupakan satu-satunya desa di kecamatan warungasem yang belum memiliki gedung TK, Keadaan yang seperti ini memunculkan harapan dan keinginan pemerintah desa beserta masyarakat untuk bisa memiliki gedung untuk pelaksanaan pendidikan anak usia dini. Seperti yang disampaikan oleh Warsan koordinator BKM lancar sariglagah bahwa masyarakat sangat membutuhkan adanya fasilitas ruangan untuk kegiatan pendidikan anak, harapan dan keinginan untuk memiliki gedung tersebut kemudian di musyawarahkan bersama tokoh dan pemerintah desa dan masyarakat tentunya. Dengan adanya program PNPM-MP di kecamatan Warungasem, terutama di desa sariglagah harapan dan keinginan masyarakat untuk memiliki bangunan TK bisa tercapai.
Sebagai wujud kepedulian terhadap dunia pendidikan anak, masyarakat kemudian membentuk panitia pembangunan TK yaitu KSM Jatimas yang di ketuai oleh bapak Giyanto, bersama masyarakat desa Sariglagah KSM Jatimas tersebut telah mengusulkan dan merencanakan kegiatan pembangunan TK di desa mereka kepada BKM Lancar. Pengusulan dari dana BLM sebanyak Rp. 43.500.000 dan masyarakat bersedia mendukung dan menggali dana baik sponsor, pemerintah daerah maupun dari masyarakat setempat.
Pengusulan Pembangunan TK tersebut di setujui oleh BKM dan pada tahun 2009, dengan adanya program PNPM-MP masyarakat sariglagah dapat merealisasikan impian untuk mempunyai gedung TK sendiri, gedung tersebut menempati tanah desa dan di bangun dua lokal dan satu ruangan kantor, ternyata dengan data tersebut bisa mewujudkan sebuah TK dengan 2 ruangan plus Kamar mandi dan WC , ini semua tidak lepas dari partisipasi dan swadaya masyarakat desa sariglagah .
Kemudian pada tanggal 24 Desember 2009 KSM dan BKM mengadakan laporan pelaksanaan kegiatan pembangunan TK yang di hadiri oleh Camat, Korkab PNPM MP dan dari pihak Bapermas, sekaligus penyerahan gedung secara simbolis kepada masyarakat untuk di kelola dan di pelihara. ( Sumber : LKM "Lancar" Desa Sariglagah Kecamatan Warungasem Kab. Batang -Tim Faskel : 57 Kab. Batang )

Senin, 14 Juni 2010

HUTAN ALAS ROBAN UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT (B-2)


HUTAN ALAS ROBAN, demikian sebutan tersohor bagi rakyat Indonesia utamanya orang Jawa. Selain mempunyai fungsi sebagai penghasil oksigen, penyedia sumber air, dan fungsi-fungsi hutan pada umumnya, ternyata banyak dimanfaatkan untuk
mendukungng kemakmuran rakyat. Di Batang, ratusan hektar lahan tegak telah dimanfaatkan penduduk untuk menanam tanaman produktif yang sangat efektif mendongkrak kemakmuran rakyat. Di beberapa desa, banyak penduduk yang menuai hasil panen yang melimpah seperti jagung, ketela, kacang, pisang, apotik hidup, dll . Sehingga pendapatan penduduk cukup untuk meningkatkan kesejahteraannya. Sementara di sepanjang pantura, banyak warga yang memanfaatkan rest area hutan alas roban untuk
berjualan. Dalam hal ini pemerintah berorientasi bagaimana memberikan semaksimal mungkin kesempatan kerja untuk kemakmuran rakyat. Beberapa warga ada yang berjualan es degan, makanan. Pemerintah sangat mendukung pemanfaatan lahan tegak dan lingkungan hutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selain akan menjadi simbiosis mutualisme dalam hal keamanan, penyediaan unsure hara dengan pemupukan (kandang/organic),dan dalam rehabilitasi hutan, juga membantu menyediakan lahan yang luas bagi penduduk yang tidak mempunyai lahan pertanian dan pekerjaan.

HUTAN ALAS ROBAN UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT


HUTAN ALAS ROBAN, demikian sebutan tersohor bagi rakyat Indonesia utamanya orang Jawa. Selain mempunyai fungsi sebagai penghasil oksigen, penyedia sumber air, dan fungsi-fungsi hutan pada umumnya, ternyata banyak dimanfaatkan untuk

mendukungng kemakmuran rakyat. Di Batang, ratusan hektar lahan tegak telah dimanfaatkan penduduk untuk menanam tanaman produktif yang sangat efektif mendongkrak kemakmuran rakyat. Di beberapa desa, banyak penduduk yang menuai hasil panen yang melimpah seperti jagung, ketela, kacang, pisang, apotik hidup, dll . Sehingga pendapatan penduduk cukup untuk meningkatkan kesejahteraannya. Sementara di sepanjang pantura, banyak warga yang memanfaatkan rest area hutan alas roban untuk berjualan. Dalam hal ini pemerintah berorientasi bagaimana memberikan semaksimal mungkin kesempatan kerja untuk kemakmuran rakyat. Beberapa warga ada yang berjualan es degan, makanan, bahkan ada yang berjualan tanaman hias seperti Alas Roban Collection yang bertempat di warung makan Mbak Menik dan Alas Roban Nursery yang berada di RM. Subah Asri. Bahkan untuk tanaman hias ini juga akan melebarkan tempat pemasarannya di Tempat Agrowisata Pagilaran.
Pemerintah sangat mendukung pemanfaatan lahan tegak dan lingkungan hutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selain akan menjadi simbiosis mutualisme dalam hal keamanan, penyediaan unsure hara dengan pemupukan (kandang/organic),dan dalam rehabilitasi hutan, juga membantu menyediakan lahan yang luas bagi penduduk yang tidak mempunyai lahan pertanian dan pekerjaan.

Senin, 15 Februari 2010

Tahun 2010, Tahun Efisiensi

Tahun anggaran 2010 ini adalah tahun efisiensi. Hal ini karena dalam perspektif anggaran tahun 2010 adalah tahun yang penuh tekanan, sehingga kemampuan keuangan Pemerintah Kabupaten Batang mengalami penurunan. “Tekanan-tekanan itu antara lain berupa belum optimalnya instensifikasi dan ekstensifikasi PAD dan yang paling utama, tidak adanya peningkatan transfer Dana Alokasi Umum (DAU) dari Pemerintah Pusat. Sementara itu kebutuhan keuangan semakin besar, seperti untuk gaji CPNS baru, kenaikan gaji dan tunjangan PNS dan juga kebutuhan untuk program/kegiatan pembangunan yang semakin meningkat. Maka terjadilah celah keuangan yang semakin lebar, sehingga efisiensi harus menjadi
acuan setiap pelaksanaan kegiatan,” ungkap Asisten III (Administrasi), Kadar Ariyanto Hadi, pada Upacara Bendera Luar Biasa di Lingkungan Kantor Sekretariat Daerah, Senin (1/2).
Menyikapi kondisi anggaran yang sedemikian ini, Asisten III meminta peningkatan kesadaran semua pihak untuk lebih berhemat dalam memanfaatkan sarana dan prasarana kerja yang ada, tanpa mengurangi kualitas kinerja dan khususnya pelayanan kepada masyarakat. “Para pemegang kendaraan dinas operasional diharapkan lebih perhatian pada pemanfaatan kendaraan dinasnya dan apabila dipandang perlu untuk melakukan perawatan dengan biaya sendiri. Pemanfaatan sarana listrik, air dan telepon agar lebih dihemat,” harapnya.
Menurut Asisten III, dalam rangka efisiensi pula, Pemerintah Kabupaten Batang mulai bulan Januari 2010 telah menetapkan penerapan lima hari kerja dalam satu minggu. Untuk itu, Asisten III meminta agar dalam pelaksanaannya jangan sampai menjadi kontra produktif, tetapi harus mampu dimanfaatkan secara optimal.
Terkait pelaksanaan APBD tahun 2010, Asisten III meminta SKPD untuk segera melengkapi administrasi kegiatan dan menyampaikan kepada instansi terkait, seperti pengesahan dan penyampaian DPA SKPD Tahun Anggaran 2010, pembentukan struktur organisasi pelaksanaan kegiatan, antara lain SK Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran dan penunjukan Pejabat/Panitia Pengadaan Barang/Jasa, serta kelengkapan administrasi lainnya. “Demi tertib administrasi pengelolaan dan penatausahaan keuangan, pelaksanaan kegiatan hendaknya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, sehingga dapat terwujud sistem pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien,” pungkas Asisten III.(c-humas)- Batangkab.go.id ( 01 Februari 2010 09:16:13

Rabu, 06 Januari 2010

Fadel Yakin RI Jadi Produsen Ikan Terbesar Dunia Pada 2015

Kamis, 10/12/2009 13:01 WIB
Suhendra - detikFinance


Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengatakan Indonesia sangat berpeluang menjadi produsen ikan budidaya terbesar, yang sayangnya saat ini belum optimal dikembangkan. Ia optimis pada tahun 2015 Indonesia menargetkan menjadi produsen ikan terbesar dunia.

"Kita bisa menjadi produsen ikan terbesar di dunia, Peru pun dan Chili bisa kalah," katanya dalam acara seminar nasional ekonomi regional, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (10/12/2009).

Sebagai menteri yang baru menjabat di Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), ia mengubah semua visi di departemen yang ia pimpin, yang sebelumnya bermacam-macam, hanya menjadi produsen ikan terbesar di dunia pada tahun 2015.

Ia mengatakan untuk mewujudkan itu paling tidak Indonesia harus fokus pada
pembudidayaan ikan-ikan unggulan Indonesia seperti ikan nila, bandeng, lele, krapu termasuk rumput laut yang akan dinaikan 300% produksinya. "Gampang sekali itu," katanya.

Untuk mendorong itu, perlu adanya unit-unit usaha perikanan yang harus didukung oleh perbankan untuk mengembangkan pembibitan ikan, pakan ternak, lembaga riset dan lain-lain.

Selama ini kata dia, salah satu masalah perikanan budidaya di Indonesia terganjal oleh pakan ternak yang masih banyak diimpor dari luar negeri sehingga dari harga jual ikan, 60% merupakan biaya pakan ternak.

"Akibatnya ikan mahal karena pakan dimonopoli 3 perusahaan, yang mana harga pakan 60% dari harga ikan," katanya.

Menghadapi hal ini ia telah melakukan penjajakan pengembangan bongkil kelapa sawit melalui IPB Bogor dalam mengembangkan pakan ikan alternatif. Sehingga harga pakan ikan yang selama ini Rp 200.000 per kg berhasil ditekan menjadi Rp 2.000 per kg.

Ia juga telah meminta kepada Bank Indonesia agar sektor perbankan untuk lebih memperhatikan sektor perikanan dalam membantu kredit perikanan. (hen/dnl)

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!


Kunci Keberhasilan Otonomi Daerah

Kompas, Senin, 28 Desember 2009 | 04:31 WIB


Oleh BAMBANG SIGAP SUMANTRI

Gorontalo dan Sragen, dua nama daerah ini sepuluh tahun lalu jarang muncul ke permukaan dengan berita yang positif. Setelah era otonomi daerah, dua daerah itu seakan-akan menjadi sebuah merek dagang yang terkenal.

Gorontalo kini sudah identik dengan jagung yang berkualitas ekspor. Sejak dipimpin Fadel Muhammad (2001-2006, masa kepemimpinan pertama), provinsi itu fokus menggarap pertanian jagung. Komoditas unggulan tersebut dapat berkembang karena Fadel juga mampu menciptakan market networking untuk petani jagung.

Produksinya mencapai 4,76 ton per hektar atau naik dua kali lipat dari sebelum provinsi itu dipimpin Fadel. Tahun 2007, total ekspor jagung Gorontalo menembus angka 584.840 ton, antara lain ke Korea, Jepang, Malaysia, dan Filipina. Dengan prestasi itu, wajar jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuknya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan pada kabinet saat ini.

Kinerja Pemerintah Kabupaten Sragen yang inovatif lebih
mengagumkan lagi. Kabupaten yang terletak jauh dari ibu kota Provinsi Jawa Tengah ini melejit namanya karena pemakaian teknologi informasi untuk mengoptimalkan pelayanan birokrasi kepada penduduk Sragen yang kebanyakan tinggal di pedesaan.

Bupati Sragen Untung Wiyono, yang suka meneriakkan ”merdeka” dalam pidatonya, paling tidak meluncurkan 21 kebijakan. Delapan di antaranya diadopsi oleh pemerintah pusat.

Kedelapan kebijakan yang diadopsi pusat itu adalah pelayanan perizinan satu pintu, pemerintahan elektronik, perekrutan pegawai negeri sipil (PNS) dengan sistem kompetensi, budidaya pertanian organik, sistem informasi manajemen kependudukan, resi gudang, desa siaga sehat, dan pembiayaan mikro.

Sragen bahkan sudah memproduksi komputer rakitan dengan merek Sratek (Sragen Teknologi). Selain itu, Sragen juga membuka jasa konsultan daerah yang membutuhkan bantuan pembaruan pelayanan publik berdasarkan teknologi informasi.

Masih banyak kepala daerah yang kreatif membangun daerahnya dengan gagasan yang berpihak kepada rakyatnya. Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto, misalnya, yang terkenal sebagai wagiman alias wali kota gila taman yang menghijaukan kota. Ia juga membuat terobosan dalam pelayanan perizinan, perbaikan sanitasi, tata kota, dan transparansi kebijakan.

Di Bantul, Bupati Idham Samawi memunculkan kebijakan pertanian yang melindungi petani dari gejolak harga pasar. Ia memproteksi tujuh komoditas pertanian agar petani tidak dirugikan.

Dari contoh empat pemimpin daerah di atas, keberhasilan implementasi kebijakan mereka yang inovatif dan prorakyat bersifat konkret serta langsung menyentuh kebutuhan penduduk. Tak heran jika mereka—baik gubernur, bupati, maupun wali kota—memerintah untuk dua periode. Pada periode pertama, mereka dipilih oleh anggota DPRD (sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah) dan kembali menjabat ketika diadakan pemilihan secara langsung oleh rakyat (UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah).

Keempat pemimpin itu juga mempunyai sejarah karier yang bersentuhan dengan dunia swasta sebelum terjun ke dunia politik. Fadel Muhammad, Herry Zudianto, dan Idham Samawi adalah pengusaha, sedangkan Untung Wiyono berkecimpung sebagai karyawan swasta selama 13 tahun di sejumlah perusahaan asing.

Problem birokrasi

Ketika otonomi daerah mulai diluncurkan, problem besar yang menghadang keempat pemimpin daerah itu dan tentunya juga semua pemimpin daerah yang memimpin setelah UU No 22/1999 berlaku adalah organisasi birokrasi. Beban ini masih ditambah lemahnya sumber daya manusia karena pola rekrutmen yang sarat nepotisme dan tidak profesional.

Dengan adanya UU otonomi daerah itu, jumlah PNS di kabupaten dan kota membengkak luar biasa besar. Tidak heran jika semua Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) selalu habis porsinya dimakan untuk biaya pegawai. Persentase belanja pegawai umumnya di atas 60 persen sehingga kepentingan publik menjadi terabaikan. Misalnya terjadi pada Kabupaten Bima dan Pandeglang. Sekitar 83 persen sampai 90 persen APBD kedua daerah itu dialokasikan untuk belanja rutin (gaji pegawai). Sisanya untuk belanja pembangunan.

Proliferasi birokrasi tersebut dikarenakan banyaknya pegawai negeri pusat yang dulunya di bawah kantor wilayah, setelah dilikuidasi semua pegawai dijejalkan masuk ke daerah (provinsi, kota, dan kabupaten). Dengan jumlah yang terlalu banyak, organisasi birokrasi menjadi tidak efisien.

Selain tidak efisien, sejumlah pakar mengatakan, birokrasi di Indonesia juga tidak efektif, tidak obyektif, menjadi pemarah ketika berhadapan dengan kontrol dan kritik, serta tidak mengabdi pada kepentingan umum. Birokrasi tidak lagi menjadi alat rakyat, tetapi menjadi instrumen penguasa dan sering tampil sebagai penguasa yang sangat otoritatif dan represif.

Dari fenomena tersebut, menurut Hans Dieter Evers, proses birokrasi di Indonesia berkembang menjadi model birokrasi ala Parkinson dan ala Orwel. Birokrasi ala Parkinson adalah proses pertumbuhan jumlah personel dan pemekaran struktur secara tidak terkendali. Adapun birokrasi ala Orwel adalah pola birokratisasi sebagai perluasan kekuasaan pemerintah dengan maksud mengontrol kegiatan ekonomi, politik, dan sosial dengan peraturan, regulasi, dan bila perlu melalui paksaan.

Dalam kondisi birokrasi yang dijangkiti penyakit parkinsonian dan orwelian, sejumlah daerah ternyata mampu lepas dari kungkungan tradisi birokrasi lama. Provinsi Gorontalo, Kabupaten Sragen, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul, sebagai contoh best practices, mampu menelurkan kebijakan yang inovatif karena pemerintahannya yang berorientasi pada publik. Yang lebih penting, mereka menerapkan manajemen perusahaan (swasta) dalam mengelola pemerintahan. Inilah yang kemudian dikenal sebagai good governance, tata pemerintahan yang baik.

Kini sudah saatnya pemerintah daerah mengikuti gagasan David Osborn dan Ted Gaebler tentang reinventing government yang pada prinsipnya menyuntikkan semangat wirausaha ke dalam sektor publik. Beberapa poin perspektif baru pemerintahan yang dikemukakan dua pakar itu, pemerintah berorientasi kepada pelanggan, yaitu memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi. Selain memerhatikan aspirasi lembaga perwakilan, pemerintah juga harus memerhatikan pelanggan yang sebenarnya, yaitu masyarakat dan pelaku bisnis.

Pemerintah wirausaha adalah pemerintah yang mampu memberikan pendapatan dan tidak sekadar membelanjakan. Pemerintah dapat mengembangkan beberapa pusat pendapatan dengan menjual jasa, barang, informasi, penyertaan modal, dan lainnya.

Fadel mengungkapkan, membangun daerah dalam perspektif manajemen kewirausahaan bukan sekadar menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi, tetapi yang lebih mengedepan adalah melakukan inovasi yang berkesinambungan sehingga dicapai best practice dalam penyelenggaraan pemerintahan. Aspek penting yang sering kurang mendapat perhatian adalah melakukan penataan manajemen pemerintahan daerah.

”Kelembagaan pemerintah daerah merupakan bagian yang menjadi perhatian utama dalam inovasi. Organisasi pemerintah Provinsi Gorontalo ditata ulang berdasarkan prinsip efektivitas, efisiensi, dan penajaman fungsi perangkat daerah agar unit-unit pemerintah daerah mampu berkinerja baik serta menghasilkan pelayanan publik yang sesuai dengan harapan masyarakat,” katanya.

Perubahan paradigmatik kepegawaian oleh sejumlah kepala daerah yang inovatif tersebut tentu juga menemui banyak hambatan. Akan tetapi, tantangan itu bisa diatasi karena kebijakan tersebut juga memberi reward yang transparan kepada pegawai atas keberhasilan mereka.

Gorontalo memberikan tunjangan kinerja pegawai (performance pays), Sragen membagi fee jasa konsultan proyek pengembangan teknologi informasi kepada pegawai dan sebagian lagi masuk ke pos pendapatan asli daerah.

Kreatif dan jeli menangkap peluang bukan hanya milik pengusaha swasta. Kepala daerah beserta jajarannya harus mampu melakukan hal itu. Jika tidak, tingkah laku dan kebijakan mereka pasti akan menyengsarakan rakyat. Menaikkan retribusi dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dengan seenaknya untuk menaikkan pendapatan asli daerah merupakan contoh kebijakan yang sama sekali tidak kreatif dan antirakyat. Sebaiknya, hal-hal seperti itu diakhiri sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat.




SELAMAT DATANG

Selamat datang di Zona Komunitas Orang Batang. Kami merasa bangga anda mau berkunjung dalam situs ini. Bukalah jendela Kabupaten Batang pada Link" BATANG-BERKEMBANG". Sungguh menarik potensi daerah kami. Anda dapat berinvestasi di sini. Jangan lupa tinggalkan pesan dan sumbang pemikiran yang berguna bagi pembangunan di kabupaten Batang.

EKSPEDI STUDI PETERNAKAN ETAWA DI KARANGTURI-SLEMAN